Jumat, 01 Juli 2011

artikel

Aku Berjalan kepada-Mu, Aku Buah Hati Ibuku
Namaku Marselus Suarta Kasmiran, dilahirkan di Kalimantan Barat. Keluarga kami adalah sebuah keluarga kecil. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Aku dilahirkan di lingkungan orang-orang Kristen. Orang tuaku menghantarkan aku ke iman Katolik. Melalui mereka aku mulai mengenal dan mencintai iman Katolik.
Bagiku keluarga adalah suatu kebangaan dan sebuah hadiah terindah dari Tuhan. Komunitas kecil itu menjadi semangat tersendiri dimanapun aku berada. Keluarga adalah yang teristimewa dalam hidupku. Aku percaya, keluarga adalah hal yang inheren dari perjalanan hidupku, juga untuk banyak orang. Perjalanan hidup kita tidak terpisahkan dari perjalanan panjang bersama keluarga. Sampai hari ini aku yakin Tuhan Yesus sekalipun, menjalani misi-Nya tidak terlepas dari peran keluarga kudus Nazaret, ibu Maria dan bapa Yosef.
Semakin hari semakin terasa peran orang tua bagi perjalanan hidupku. Ayahku yang setia mencari nafkah, ibu yang setia melayani keluarga. Semua itu menjadi tinta bagi diriku yang kadang kekeringan untuk menulis cerita hidup.
Aku sadar tidak ada orang tua yang benar-benar sempurna bagi anaknya. Tekadang aku tahu mereka berusaha keras menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun mereka hanyalah manusia yang hanya bisa mengejar kesempurnaan. Aku terkadang tak merasa cukup baik menjadi seorang anak. Seringkali menuntut dan sedikit menjadi penurut. Tapi lihatlah kasih mereka.
Sampai hari ini, saat aku dibina di postulat Stella Maris, mereka tetap menjadi kekuatan bagiku. Saat aku tak pernah habis mengeluh, aku diingatkan akan ayahku yang bekerja hingga berpeluh. Saat aku bersedih, aku diingatkan akan ibuku yang sedang memanggil namaku dalam doanya, anak terkasih.
Bagai kesedihan ibu Maria dan bapa Yosef yang mencari Yesus Tiga hari di Bait Allah(bdk Luk 2:41-51). Orang tua lebih banyak menderita kesedihan oleh para anak. Mereka lebih banyak memberi daripada minta balasnya. Tapi lihatlah, mereka tetap mencintai kita. Tapi dengarlah, suara mereka tetap memanggil dengan suara sayang. Tapi rasakan, peluk mereka saat kita tak berdaya.
Semoga saudara-saudaraku tetap mendoakan orang tua kita. Dari sanalah kita mulai berjalan menjalani hidup kita. Dari sanalah benih-benih karya Allah ditumbuhkan. Dari sanalah kita berkembang. Ingatlah segala kebaikan mereka, tanpa memperhitungkan sedikit ketidaksempurnaan mereka. Dari sanalah Allah merencanakan sesuatu yang luar biasa bagi hidup kita.
Selamat mengasihi orang tua dan memanggil nama mereka dalam doa-doa Anda. Ingatlah! Langkah pertama kita kepada karya besar Allah dimulai dari sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar