Senin, 11 Juli 2011

Kertas Yang Jatuh

Malam itu sangat panas. Hingga aku keluar dari kamarku. Kutatap langit dari balkon, bulan ternyata sedang purnama. Hem, aku termenung beberapa saat. Zupppp!!!! Sekilap bayangan lelaki lewat di hadapanku. Saat aku sadar, tak kulihat dia lagi. aku termangu-mangu. “Mungkinkah aku bermimpi?”Bisikku dalam hati. Ternyata aku tak sedang bermimpi. Di lantai balkonku ku lihat sebuah kertas yang menarikku untuk mengambilnya.
Kubuka secara perlahan, hu…! Tulisannya tak bisa dikatakan bagus. Hanya mungkin aku bisa membaca tulisan di kertas itu. Sebuah kalimat sederhana, seperti puisi tapi mungkin bukan. Kubaca perlahan; . . .“Kau merpatiku” . . .
Hem, malam yang aneh. Di malam yang terang itu, sebuah kegelapan muncul. Yah, sepertinya aku mengenal kalimat itu. “ya sudahlah, mungkin aku terlalu berpikir romantic” bisikku di benakku.
###
Malam kedua, aku kembali ke balkon. Kali ini bulan tak lagi bersinar terlalu terang. Zuppp!!! Sekilap bayangan lelaki itu muncul lagi, dan kembali seperti kemarin. Aku menemukan kertas lagi. kali ini tulisannya lebih jelas, dan kertasnya lebih panjang. Aku tertarik kembali membaca tulisan panjang ini. Kali ini kubaca lebih keras dari malam kemarin;
Dear,malam yang bertarung
Wahai gadis yang pernah mengisi hari-hari akhirku, malam ini, entah yang keberapa kali, aku kembali mengenangmu. Entahlah apa maksudku malam ini? Aku hanya ingin bernostalgia dan mengenang hari-hari itu. Hari ketika aku dan engkau berjalan menuju rumahmu. Aku berjalan di sampingmu, layaknya seorang lelaki yang paling beruntung. Kau tahu? Aku ingin menggengam tanganmu. Hem, namun aku tak punya keberanian melakukannya. Serentak aku merasa Aku lelaki pencundang. Hu!
Aku juga kembali mengenang hari ketika aku memberanikan diri menemuimu di rumahmu, tepat di hari paska itu. Kau ingat? Kau tidak menghadiri misa dan aku menemuimu di rumahmu. Hari itu tepat Paska 2010.
Aku juga mengingat saat kau berjalan menemuiku dengan anggun, di hari akhir pertemuan kita. Kau lucu. Aku sungguh ingin memelukmu.hahhaaaa! sekali lagi, aku seorang pencundang. Hu, kenangan kita tetap kusimpan. Terutama tujuh buah surat kita-gaya cinta lama-. Ntah apa kabarmu kini? Anyway, aku tetap sayang kamu walau tak tahu kamu. Hheheeee!
“ Give me one more night, we can make it right, you know that I can't live without your love, baby just one more night, we can make it right.
Aku tersenyum membaca kertas aneh di tanganku. “Ha, pria ini menjatuhkan kertasnya di tempat ini” pikirku; apa ia tak mencintai kenangannya ini? ah, biarlah”. Aku pun kembali ke tempat tidurku. Aku akan meneruskan tidurku. Pria yang tak dikenal itu akan datang lagi, mungkin dalam malam selanjutnya. Cukuplah malam ini. Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar